Production Notes
Curated by Wok The Rock
Produced by Yes No Wave Music
Mixed by the artists
Track 1, 2, 3, 4, 6, 7, and 8 mastered by Yossi Herman
Track 5 mastered by Wahono
Ilustration by Ardi Gunawan
Layout by Wok The Rock
Liner Notes
/ scroll down for english /
2020 tak hanya ditandai oleh pandemi virus corona. Ia digoyang oleh berbagai peristiwa alam dan kemanusiaan tragis yang telah dimulai puluhan tahun sebelumnya. 2020 adalah puncak dari kerakusan dan ketamakan manusia yang merupakan akibat dari budaya kapitalisme. Satu-satunya cara menghadapi ini adalah sifat membuka diri untuk saling bekerja sama satu sama lain. Terlihat sederhana jika anda seorang utopis. Tradisi berkelompok dengan skala kecil namun sporadis sangat diperlukan untuk kesejahteraan umat. Metode kolektif seperti ini harus dilakukan dengan proses yang lambat, panjang, dan membutuhkan keberanian yang besar karena akan berhadapan keras dengan sistem kuasa yang tidak menginginkan pemerataan faedah.
Pada tahun 2019 Senyawa mulai menggagas sebuah unit usaha untuk menghadapi tantangan keberlangsungan ekonominya secara mandiri bernama Senyawa Mandiri. Unit ini juga dirancang untuk mengurangi ketergantungan pada produk korporasi raksasa. Berjalannya waktu, Senyawa Mandiri berkembang menjadi sebuah sikap politik bagi Senyawa sendiri. Ia tak lagi Rully Shabara dan Wukir Suryadi. Ia menjelma menjadi multi-entitas yang terbuka dan egaliter.
Selama masa pandemi virus corona, Senyawa semakin yakin bahwa pemusatan ekosistem seni beserta industrinya sudah tidak relevan dengan kondisi komunitasnya. Album terbarunya yang bertajuk Alkisah merupakan perangkat sosial yang ingin mendobrak pusat-pusat ekosistem kuno. Alkisah terdiri atas 8 lagu dan sebuah sistem kolektif lintas budaya dan benua. Ia diramu dan dikembangbiakkan bersama 44 label musik dan ratusan musisi di seluruh dunia.
Sebagai salah satu supporter Senyawa sejak tahun 2010 dan sebuah label yang mendorong gerakan budaya-terbuka, Yes No Wave Music ambil bagian dalam modul Alkisah dengan merilis album Alkisah dalam format stem yang disediakan bagi semua orang untuk turut mengembangbiakkan Alkisah. Kami mengundang 8 musisi yaitu Wahono (Jakarta), Nursalim Yadi Anugerah (Pontianak), Prontaxan (Yogyakarta), Gabber Modus Operandi (Denpasar), Y-DRA (Yogyakarta), Pisitakun (Bangkok) dan Slikback (Nairobi). Setiap remix merupakan interpretasi bebas dan spekulasi artistik dengan mencoba ketidakmungkinan untuk melahirkan mutasi-mutasi desentralisasi seni.
/
2020 is not only marked by the coronavirus pandemic. It was stormed by thousands of natural disasters and human rights violations that had started decades earlier. 2020 is the peak of human greed and vanity which is the result of the capitalistic culture. The only way to deal with this is to open ourselves up to cooperate with one another. It looks simple if you are a utopian. The tradition to organise a small scale group with intensive multiple proxies is very necessary for the welfare of the people. Collective method like this must be carried out with a slow, long process, and requires a lot of courage because it will be faced with the big systems that does not want to share their benefits.
In 2019, Senyawa began to initiate a business unit to independently face the challenges of its economic sustainability called Senyawa Mandiri. This unit is also designed to reduce dependence on giant corporate products. As time went on, Senyawa Mandiri developed into a political stance for Senyawa themselves. It is no longer Rully Shabara and Wukir Suryadi. It was transformed into an open and egalitarian multi-entity.
During the coronavirus pandemic, Senyawa became increasingly convinced that the centralization of the art ecosystem and its industry was no longer relevant to the community. Senyawa new album, titled Alkisah, is a social tool that wants to break down the centers of the current arogant ecosystems. Alkisah consists of 8 songs and a collective system across cultures and continents. It was mixed and bred with 44 music labels and hundreds of musicians around the world.
As a supporter of Senyawa since 2010 and as a label that encourages an open-culture movement, Yes No Wave Music takes part in Alkisah module by releasing the album’s stem tracks provided for everyone to participate in reproducing the album. We invite 8 musicians: Wahono (Jakarta), Nursalim Yadi Anugerah (Pontianak), Prontaxan (Yogyakarta), Gabber Modus Operandi (Denpasar), Y-DRA (Yogyakarta), Pisitakun (Bangkok) and Slikback (Nairobi). Every remix is a free interpretation and artistic speculation of impossibilities to giving birth the art decentralization mutations.