PART I : Arak Arakan (The Convoy)
PART II : Perayaan Murka (Rage Party)
PART III : Homo Sacer
Liner Notes
Horeg adalah sebuah istilah untuk menyebut frekuensi suara yang menggetarkan, dalam kasus tertentu dapat memecahkan kaca jendela atau merontokan atap rumah. Istilah tersebut dipopulerkan lewat kompetisi-kompetisi speaker di daerah Jawa Timur. Mereka melakukan perjalanan dari desa ke desa dalam iring-iringan truk yang memutar musik elektronik dengan sangat kencang. Horeg adalah pagelaran suara dari masyarakat akar rumput untuk menguasai ruang publik dan mengamplifikasi suara mereka yang jarang didengar.
Masyarakat akar rumput kerap dicabut haknya sebagai warga, menjadi korban kepentingan ruling class, dari kepentingan politik hingga penguasaan sumber daya alam. Saat ini semakin jelas terlihat adanya perbedaan kelas, misalnya pada hierarki kematian yang menentukan siapa yang boleh dikorbankan untuk kepentingan kelas yang lebih tinggi. Homo sacer* diantara kita; jutaan nyawa direnggut, tanah dirampas seakan itu sesuatu yang normal. Supremasi dari ruling class terus dipertahankan di atas penderitaan kelas yang lain.
Horeg adalah sebuah perayaan suara, suara kemarahan. Horeg adalah homo sacer, yang melakukan sebuah perlawanan kecil dengan pesta. Meski tak berarti apapun, ia terus bersuara kencang sembari menanam benih-benih perlawanan.
Musik pada album ini berangkat dari pesta/perayaan masyarakat akar rumput di Indonesia. Dari Dangdut, Jathilan, Orgen Tunggal Sumatra hingga pesta kematian Margondang. Musik kemudian ditempatkan pada alternatif waktu yang lain, dalam rangkaian komposisi kebisingan yang murka.
*Homo sacer adalah istilah legal tentang seseorang yang boleh dibunuh tanpa si pembunuh didakwa bersalah, atau orang yang tidak dapat dikorbankan untuk ritual suci.
//// ENGLISH ////
Horeg is a Javanese term to refer to the sound vibration, in certain cases, it can break window glass or knock off the rooftop. The term was popularized by the speaker competitions in East Java, Indonesia. They travel from village to village in a convoy of trucks while playing very loud electronic music tracks. Horeg is a festival of sound by the grass root people, to occupy public space and amplify their voices that are mostly unheard.
The grass roots are often expunged from society and deprived of all rights as citizens. They are sacrificed for the interests of the ruling class, from political interests to control of natural resources. Nowadays, the class differences are becoming clear, for example in the hierarchy of death which determines who can be sacrificed for the benefit of the higher class. Homo sacer* among us; millions of lives were taken, land seized as if it were normal. The ruling class supremacy is constantly maintained above the others’ suffering.
Horeg is a celebration of sound, sound of rage. Horeg is a homo sacer, who puts up a small resistance in a party. Although by no means anything, it continued to become louder, while planting the seeds of resistance.
The music on this album started from the ideas of grassroots communities party/celebration in Indonesia. From Dangdut, Jathilan, Sumatra’s Orgen Tunggal to Margondang’s funeral party. The music is then placed at another alternate time, in a series of furious noise compositions.
*Homo sacer is defined in legal terms as someone who can be killed without the killer being regarded as a murderer; and a person who cannot be sacrificed.
Production Notes
Produced, written, mixed, and mastered by Yennu Ariendra in Yogyakarta, Indonesia
Cover artwork by Dede Cipon
Released by Yes No Wave Music
2024