Production Notes

Arranged and produced by Jeff Arwadi

Artworks by Levi Sianturi

Sleeve artwork designed by Jeff Arwadi

Rereleased by Yes No Wave Music

Liner Notes

Di skena musik metal, Kekal dikenal sebagai band yang pada awalnya mengusung genre extreme metalberlingkup death metal/black metal. Pada perjalanannya proses berkarya Kekal pun berangsur mengalami perubahan yang sangat besar. Sehingga semakin kemari beberapa penggemar puristis-nya yang mungkin kurang siap akan setiap perubahan yang terjadi pada Kekal terpaksa harus angkat kaki dari ruang ekspektasi mereka sendiri.

Poin lebih yang cukup tebal pada Kekal memang terletak pada keberanian dan keliaran dalam proses berkaryanya. Keliaran Kekal – yang katanya sudah diragukan kadar “metal”nya –  itu justru sangatlah metal dari metal itu sendiri. Menihilkan kompromi. Mengingkari segala dogma yang wajib diamini dalam musik metal. Kekal adalah band metal? Bisa ya, bisa tidak.

Progresi Kekal dalam setiap menelurkan karya memang luar biasa. Terutama dari segi penggalian konsep ide. Terlebih setelah ditinggalkan oleh semua personilnya di tahun 2009, Kekal benar-benar bagai pesawat setan tanpa awak yang demikian liar beterbangan kesana kemari. Sebuah entitas yang melayang-layang tanpa batasan ruang. Semenjak rilisan album 8  Kekal pun memulai menjalani “kehidupan baru”-nya sebagai sebuah entitas ketimbang band dengan personil solid. Dan semenjak itu pulalah semua mantan personilnya bersepakat untuk tetap berkontribusi memberikan “roh” bagi sang entitas yang menjadikan Kekal tetap kekal.

Berbicara soal progresi proses berkarya dalam tubuh Kekal mungkin tidak akan habis-habisnya dibongkar. Eksplorasi yang dilakukan tidak hanya dari sekedar wujud karya, tapi juga dari konsepsi yang demikian melebar hingga pada eksplorasi wujud tempat bernaung sang kreator-nya sendiri. Jujur saja berangkat dari keterbatasan pengetahuan saya sepertinya memang belum pernah ada yang cukup berani mewujudkan konsep seperti ini. Meniwikramakan Kekal menjadi bentuk “entitas” tanpa batasan definisi apapun ketimbang format band konvensional. Sebuah konsep ide yang cukup “menyeberang”, terlebih untuk ukuran sebuah band “metal”.  Hasilnya pun sepertinya juga sangat berpengaruh besar pada progresi karya-karya rilisan akhir yang murni menafikan batasan-batasan dari genre tertentu.

Hal ini tentunya tidak terlepas dari besarnya campur tangan seorang Jeff Arwadi, mantan personil/pendiri yang juga otak dari Kekal. Baik saat masih aktif di dalam tubuh Kekal hingga kini sebagai salah satu dari kontributor Kekal. Tidak heran jika mencoba menilik sepak terjangnya dalam berkarya dan sejumlah proyek-proyek yang dilahirkannya. Dari Altera-Enigma yang demikian nge-prog,lalu bersembunyi dalam kegelapan Armageddon Holocaust hingga absurditas proyek noise/metal/industrial/experimental nan cultExcision yang akan membuat telinga lepas dari kepala. Sepertinya memang Jeff memberikan cukup banyak kekentalan khasnya warna dari musik Kekal.

Kini, setelah melepas EP bertajuk Unsung Division pada bulan Maret kemarin, Kekal akhirnya memutuskan untuk merilis ulang album Autonomy dalam format free download berbasis net-label. Album yang telah rilis sebelumnya dalam format fisik di akhir tahun 2012.

Dalam album ini Kekal semakin berani menantangi para pendengarnya untuk keluar dari cangkang cara-cara konvensional dalam menikmati musik secara hiburan semata. Di sini Kekal lebih mengajak penikmat musiknya untuk melebur lebih dalam lagi pada petualangan emosional yang disuguhkan melalui track demi track .

Hal ini juga terlihat pada bagaimana Kekal memasang elemen grafis fotografi sebagai pengganti lirik konvensional. Secuplik kalimat potongan yang diambil dari lirik keseluruhan sepertinya dijadikan semacam mediator atau jembatan pembebas imaji. Seperti contohnya pada track pertama berjudul Rare Earth Elements. Elemen grafis berupa fotografi obyek jejeran gerobak sampah yang ditambah dengan sematan sebait lirik mungkin akan memancing interpretasi agar membuka kelambunya lebih lebar lagi. Hal yang kurang lebih sama juga dilakukan pada beberapa track lainnya di dalam album ini.

Pada materi-materi tanpa sematan lirik dan elemen visuil seperti pada Go Ahead And Feel The Painyang men-downtempo dan Indonesanity yang begitu droning pun seakan mempertegas akan ajakan tadi. Materi-materi ini berperan tidak sekedar hanya menjadi materi instrumentalik sempalan di antara materi lain. Tapi menjadi semacam katalis. Pendorong dari ajakan/maksud yang dipancang oleh konsep album ini.

Secara keseluruhan boleh dibilang materi dalam album ini terasa lebih “tenang” dibanding album-album lainnya. Hingga berkesan menjadi lebih enjoyable untuk didengar. Lebih introspektif. Setiap bebunyi yang dihasilkan seakan dapat mengantarkan imaji ke level yang lebih liar.

Autonomy mungkin dapat didaulat menjadi salah satu simbol penegas dari progresi Kekal. Sebuah gerakan ber-otonom baru dalam proses berkarya. Terutama terhadap kecenderungan keklisean yang banyak terjadi pada ranah musik yang menjadi batu pijak awal bermusik mereka, ranah musik metal.

(Adit Bujbunen Al Buse. Seseorang yang sangat terinspirasi oleh Kekal)