Production Notes

Music by KUNTARI
Executive Producer by Andika Edwin Pahlevi
Prepared cornet, sampler and prepared guitar played by Tesla Manaf
Drums and percussions played by Rio Abror
Recorded live at Tesla Manaf Studio
Mixed and mastered by Indra Adhikusuma
Cover photograph by Miryanneka Alwi and Ave Shareem Alwi
Photography production management by Arja Waworuntu, Assisted by Lisa
Modelling by Nitya Putrini
Cover editing and layout by Anindito Ar

KUNTARI is Tesla Manaf

Liner Notes

Dalam bermusik, eksperimentasi adalah bentuk pendekatan yang relatif masih begitu liar definisinya, khususnya bagi yang mencoba membingkainya melalui acuan kategori. Ini bukan berarti hal buruk. Absennya batasan dan prasyarat bahkan bisa dibilang merupakan daya dorong terkuat bagi musisi untuk sanggup bernavigasi ke arah manapun secara bebas dan fleksibel. Dengan demikian, satu-satunya yang menjadi landasan karya adalah ciri dan keunikan, bukan kategori ataupun pola baku yang sudah dikembangkan turun-temurun. Permasalahannya, demi menemukan ciri dan keunikan diri, seorang musisi harus rela menempuh proses eksplorasi yang panjang, fokus, dan tentu saja berani keluar dari zona nyaman sembari terus mencari celah di lorong gelap tak berujung. 

Proses pencarian ini dapat ditempuh melalui berbagai jalan. Sebagian musisi menempuhnya dengan mengeksplorasi tema dan narasi, sebagian lebih suka mengeksplorasi melodi dan notasi, dan ada pula yang fokus pada meradikalisasi teknik permainan dan instrumentasi. 

Saya mengenal musik Tesla Manaf sebelum ia menjadi KUNTARI, saat ia sedang dipuja di kalangan jazz sebagai anak ajaib dengan permainan gitar yang sanggup menggetarkan nyali musisi jazz senior sekalipun. Saat itu saya belum begitu terkesan. Bagi saya kepiawaian teknis dan aransemen bukanlah keunikan, bisa dicapai siapa saja dengan bakat dan dedikasi. Namun kemudian saya dengar si anak ajaib ini berani memutuskan untuk menjual gitarnya dan memulai ulang karirnya dari nol sebagai musisi elektronik. Dia rela keluar dari lingkar nyaman yang sedang memujinya, lalu dengan rendah diri mengaku sebagai anak baru di kalangan yang belum begitu mengenalnya. Anak ini tahu dia akan memasuki lorong gelap yang panjang. Saya terkesan. Lalu diam-diam memantau prosesnya. Saya ingin tahu seserius apa dia dengan visinya.

Di tahap ini Tesla menerapkan disiplin yang sama untuk mendalami instrumen. Hanya saja kali ini instrumennya bukan gitar melainkan seperangkat mesin elektronik. Ia memilih mesin-mesin terbaik lalu menguliknya selayaknya gitar tak berdawai. Ia tidak sedang mempelajari mesin elektronik demi menciptakan musik dansa atau bebunyian riuh yang liar. Cukup jelas bahwa ia semata-mata sedang mengolah potensi dirinya. Saya ingin tahu apa tahap selanjutnya setelah ia menguasai instrumen barunya itu. 

Saat itu saya ada di Bandung. Tesla menculik saya ke rumahnya dan merekam improvisasi untuk proyek barunya yang ia beri nama KUNTARI. Konsepnya sederhana. Tesla memainkan mesin elektroniknya dan berkolaborasi dengan beragam musisi atau seniman dari berbagai disiplin. Saya paham betul strategi ini. Sepintas sederhana, tapi metode eksperimen seperti ini terbukti efisien untuk memancing potensi-potensi yang tak akan ditemukan jika hanya bermain sendiri atau hanya dengan orang-orang yang sama. Tesla sedang memaksa dirinya untuk berkembang dengan cepat. Ia sedang mencari celah untuk bernavigasi di lorong yang gelap.

Kini, hanya dalam waktu yang singkat, Tesla Manaf sudah menjelma utuh menjadi KUNTARI, moniker yang ia rancang untuk mewadahi perjalanan pencarian keunikan dirinya. Itu berarti mesin elektronik mungkin saja bukan instrumen akhirnya. Belakangan dia belajar trumpet sebagai instrumen tambahan. Bahkan di album baru ini dia kembali bermain gitar meskipun tidak lagi standar seperti jazz yang dulu dikuasainya. Di tahap ini, selama ia terus fokus pada eksplorasi diri dan bukan terpaku pada musiknya, saya belum tuntas memantau Tesla. Saya ingin tahu akan sejauh apa dia konsisten mencari celah di lorong gelap. Saya yakin dia tahu lorong ini bukan saja gelap tapi juga tak berujung. 

Semoga selamat selama di perjalanan. 

Salam,
Rully Shabara

///

KUNTARI is Tesla Manaf’s project which produce animal mating calls sound, the rhythm of Banyuwangi’s Hadrah Kuntulan, and the Balinese-chinese Sar Ping/Barongsai (lion dance). This new sounds created by a duo of drum-percussion and cornet-guitar, with tons of variation of heavy rhythms. Intentionally neglected the notes, the music produced percussive sound along with dark ambients. The concept has been developed for almost 2 years involved research in various places. Larynx is the new release following up the previous album Last Boy Picked (2020).

Grew up with and dedicated himself to the classical music for over 10 years, Tesla Manaf started his career as a jazz artist which lead him to a wide range of evolving music exploration and his commitment to creativity. He has produces 12 albums/EPs and performances in jazz, world music, neo-classical, electronic and experimental music in more than 12th country around the globe. For the last 18 months, his been working on the new way to create unorthodox embouchure technique for cornet/trumpet. The goal is to imitate animal mating calls sound and gigantic fiction creature.