Production Notes

Diproduseri oleh: Rully Shabara Herman

Desain Logo, Sampul, Kemasan, serta Ilustrasi oleh Rully Shabara Herman

Babak Satu: Neolithikum
Ramberto Agozalie – Drum
Bhakti Prasetyo – Bas
Rully Shabara Herman – Vokal, Jembe

Manekin Bermesin, Menyudahi Gelap, Kupu Kupu, Lalat lalat, dan Takluk direkam dan diolah di Fourtone 78 Studio oleh Ferry, Januari 2007

Halilintar, Misantrophe, dan Berkibarlah Benderaku direkam di Fourtone 78 Studio oleh Tedjo
Diolah ulang di Elssy Studio oleh Wisnu Jahat, Januari 2009

Semua aransemen lagu diciptakan oleh Zoo

Syair oleh Rully Shabara Herman
Kecuali Berkibarlah Benderaku, oleh Ibu Soed

Babak Dua: Mesolithikum
Dimas Budi Satya – Drum
Bhakti Prasetyo – Bas
Rully Shabara Herman – Vokal, Jembe

Gitar akustik di lagu Manusia-Manusia Kecil dan Para Raksasa oleh Yurisma Taufik

Trumpet betawi di lagu Perang, Saudara oleh Bhakti Prasetyo

Semua aransemen lagu diciptakan oleh Zoo

Syair oleh Rully Shabara Herman

Semua lagu direkam di Fourtone 78 Studio oleh Tedjo, Januari 2008

Diolah ulang di Elssy Studio oleh Wisnu Jahat, Januari 2009

Babak Tiga: Paleolithikum
Rully Shabara Herman – Vokal, Jembe
Bhakti Prasetyo – Bas Akustik, Mandolin, Ukulele

Suling di lagu Doa Pengampunan oleh Berliandra Haryono

Diciptakan secara spontan dan direkam di SA Studio oleh Titis, Maret 2008

Diolah ulang di Elssy Studio oleh Wisnu Jahat, Januari 2009

Glossary
Neolithikum: Peradaban zaman batu baru
Mesolithikum: Peradaban zaman batu pertengahan
Palaeolithikum: Peradaban zaman batu tua

Manekin Bermesin, Menyudahi Gelap, Kupu-Kupu, Lalat-Lalat, Takluk pernah dirilis di Yes No Wave Music dalam bentuk EP yang berjudul Kebun Binatang, Januari 2007

Misantrophe merupakan istilah dalam bahasa latin yang berarti manusia yang membenci sesamanya.
Berkibarlah Benderaku adalah gubahan dari lagu ciptaan Ibu Soed.
Syair berbahasa Jawa dalam lagu Takluk adalah kutipan dari syair Jawa kuno yang berjudul Midjil.
Kupu-Kupu dan Di Masa Depan merupakan versi yang sudah diaransemen ulang dan versi asli dari keduanya pernah dimuat dalam album kompilasi berjudul Kompirasi #1 dirilis oleh Babi Records
Di lagu Perang, Saudara, kata ‘Ganyang’ diilhami oleh seruan Ir. Soekarno untuk melawan Malaysia, sedangkan kata ‘Babat’ diilhami dari istilah Pramoedya Ananta Toer untuk melawan penjajahan Belanda.
Kesimpulan dari Neolithikum dan Mesolithikum bisa dipelajari di bagian akhir syair lagu Eskalator.
Syair Gisa-Gisa (Tarian Penyambutan) merupakan penggalan dari Syair Tari Seudati.
Syair Doa Pengampunan dipetik dari syair lagu Halilintar
Syair Kelak merupakan penggalan bahasa Indonesia dari pantun berbahasa Aceh yang berjudul Genali.
Syair Ke Medan Perang merupakan penggalan dari syair Perang Sabil.
Epilog: Yang Berpulang diciptakan dan dipersembahkan untuk Rahmat M. Waly serta  semua teman-teman yang telah berpulang lebih dulu.

Liner Notes

Saat selesai membangun konsep dan konstruksi fisik netlabel ini dan mulai mencari artist untuk dirilis, pikiran saya langsung tertuju pada sebuah rilisan mandiri berwujud CD-R dari mini album Zoo yang bertajuk Kebun Binatang. Disaat kendurnya skena musik eksperimental di Jogja, band ini masih berkeliaran dan bahkan memproduksi sebuah album. Diantara band noise-rock yang pernah hadir di Jogja, Zoo menawarkan sebuah ramuan yang cukup signifikan. Dari awal penampilan sebelumnya yang sangat noise dan eksperimental lalu menuju struktur yang lebih berpola pada math-rock hingga kemudian ‘pencerahan’ merasuk melalui konsep musik tradisional baik instrumen, pencitraan, wacana, performa hingga konten dalam syair lagu-lagunya. Sebuah ramuan crossover yang jarang dilakukan dengan berhasil oleh musisi-musisi diluar dunia kesenian dan pendidikan musik di Jogja. Karakter seperti ini adalah salah satu hal yang saya butuhkan saat membangun label rekaman ini.

Album full-length perdana dari Zoo kali ini adalah sebuah album konsep dalam format trilogi. Koleksi lagu dibagi menjadi tiga CD/Folder yang dianalogikan melalui zaman peradaban. Dari 22 lagu, 7 lagu diantaranya adalah materi lama. Karakter tradisionalisme makin terlihat pada lagu-lagu baru, bahkan pada beberapa lagu memiliki gaya musik yang cenderung ‘tradisionil’. Untuk mempertahankan konsep crossover yang kontemporer, tentu saja hal ini bisa lebih diperhatikan supaya tidak terjerumus pada bentuk musik tradisional yang kuno (menilik pernyataan band ini sebagai sebuah adonan masa lampau dengan kekinian). Album ini juga memproduksi sebuah merchandise berupa sebuah kemasan eksklusif dalam format box-set CD-R yang berjumlah hanya 100 kopi. Rilisan ini adalah sebuah rilisan yang ideal bagi Yes No Wave Music.
(Wok The Rock)