Production Notes

Musics and lyrics by PUNKASILA except lyric intro on track 01 taken from “Ranub Lampuan”by Yuslizar (1959) and some excerpts from “Jangka Jayabaya” on track 03, 04, 06 and 10.

Produced by PUNKASILA

Project Manager: Danius Kesminas and Iyok Prayogo

Recorded in May 2012 by Dave Nelson at Pengerat Studio, Yogyakarta

Assistant Engineer: Otto Muharom and Garry Mailangkay

Mixed by Dave Nelson at Nelsonics, Melbourne

Mastered by Dave Nelson at Crystal Mastering, Melbourne

Cover design by Wok The Rock

Cover artwork by Wok The Rock and Wedhar Riyadhi

Limited ‘Pocongan’ package by Rudy Atjeh, Uji Handoko and Badari Mustaq

Released by Yes No Wave Music

Distributed in Australia by Darren Knight Gallery

Liner Notes

Enam tahun setelah dirilisnya album perdana “Acronym Wars”, kolektif PUNKASILA kembali merekam album-konsep keduanya yang bertajuk “Crash Nation”. Album ini mengeksplorasi berbagai macam bencana alam, sosial, politik dan kebudayaan yang terjadi di Indonesia dengan isyu-isyu mengenai mitos, mistikisme dan sinkretisme yang muncul menyertainya. Segala sesuatu yang terjadi di Indonesia selalu ditautkan pada mitos dan mistikisme. Buku, majalah dan film yang bertemakan kepercayaan metafisik sangat digemari oleh masyarakat. Bagian dari tradisi yang dijaga dan dilestarikan meskipun ulasan peristiwa atau tanggapan dengan perspektif ini dianggap tidak masuk akal di zaman kontemporer seperti saat ini.

Tsunami yang terjadi di Aceh dianggap sebagai rekayasa ujicoba senjata thermonuklir Amerika Serikat, sedangkan sebagian masyarakat lokal menanggapinya sebagai kutukan Tuhan karena maraknya pornografi. Ramalan dari Jangka Jayabaya bahwa Jawa terbelah menjadi dua dianggap terwujud saat lumpur jahanam PT Lapindo Brantas menenggelamkan Sidoarjo. Gunung Salak yang terkenal angker juga dipercaya menghisap pesawat Sukhoi. Awan putih berbentuk kepala Petruk yang muncul sebelum Gunung Merapi meletus dianggap sebagai pertanda kemarahan Mbah Petruk sang penunggu kawah Gunung Merapi atas pemerintahan yang buruk. Lagu “Suramadu” menceritakan hilangnya anak-anak secara misterius saat pembangunan jembatan Suramadu, yang dipercayai sebagai tumbal. Sumber Kencono, nama bus trayek Surabaya-Jogja yang kerab kali tabrakan juga dipercayai sebagai tumbal. Tidak semua bencana dalam album ini dikaitkan dengan mistikisme, seperti lagu Asli-Palsu yang menyinggung pemalsuan lukisan karya maestro seni rupa Indonesia yang sedang panas diperbincangkan saat ini.

Alih-alih mengungkap fenomena tersebut secara lebih dalam, PUNKASILA memilih cara provokatif yaitu dengan menyerukan isyu-isyu tersebut berulang-ulang. Metode repetisi ini tentunya juga menghasilkan sebuah ambigu karena sifatnya yang sangat minimalis dan berkesan miskin makna. Namun, siapa yang mengira sebelumnya bahwa karya “Obey” dari Shepard Fairey yang tanpa makna kemudian malah membuat kita makin sadar atas otoritarian yang masih berlangsung. Dalam film Punk Attitude Jello Biafra (Dead Kennedy’s) menyatakan bahwa dalam khasanah punk, horror bukan lagi zombie namun pemerintah kapitalis. Punkasila dalam “Crash Nation” menggabungkan keduanya.

Produksi album ini digarap seperti kisah Bandung Bondowoso. Seluruh lagu dibuat dan direkam sekaligus hanya dalam dua hari. Proses mixing dan mastering dikerjakan selama 4 hari. Album ini juga akan dirilis dalam format fisik. Peluncuran album dan pameran 13 lukisan, video dan komik “Wangsa Marabahaya” diselenggarakan di Darren Knight Gallery, Sydney, Australia pada tanggal 30 June – 21 July 2012.

(Wok The Rock)