• RELEASE DATE /8 Juli 2010
  • CATALOG /YESNO048
  • DOWNLOAD /MP3
  1. 01 Tertangkapnya Kecepatan Wal Afiat Yang Mampu Diramalkan Setiap Kancah Sungsang Lebam Telak
  2. 02 Pengharapan Semu Dapat Dirasakan Asap-Asap Alumnus Terjembab Lompat Sungsang Lebam Telak
  3. 03 Kapan Lagi Membakar Aroma Bolpoin di Balik Karpet Musim Panas Terus Sungsang Lebam Telak
  4. 04 Sebesar Usaha Kami Mencuci Kaos Ternoda Bersama Gemericik Gledek Cemerlang Sungsang Lebam Telak
  5. 05 Kejatuhan Rona Jiwa Yang Meronta-ronta Dalam Estetika Psikedelis Sungsang Lebam Telak
  6. 06 Endapan Kesalahpahaman Bobroknya Birokrasi Tato Rusak Sungsang Lebam Telak
  7. 07 Menyongsong Area Lampu Merah Saat Anus Kembali Menyempit Dua Detik Dalam Perasaan Mabrur Sungsang Lebam Telak
  8. 08 Usurlah Partikel Cakupan Melejitnya Adidaya Kerupuk dan Asam Garam Politik Sungsang Lebam Telak
  9. 09 Semburan Diare Langsung ke Lidah yang Terpatahkan oleh Teori Usang Tata-Titi Bersepeda Sungsang Lebam Telak

Production Notes

Sungsang Lebam Telak adalah Dani, Age, dan Gembi.

Direkam di Smooth Studio, bandung pada akhir 2009

Diolah bunyi oleh Deni Gedang

Foto sampul, perwajahan, dan desain oleh Age

 

1. Tertangkapnya kecepatan wal afiat yang mampu diramalkan setiap kancah
drum: dani, bass: age, gitar: gembi

2. Pengharapan semu dapat dirasakan asap-asap alumnus terjerembab lompat
drum: dani, piano: age, bass: gembi

3. Kapan lagi membakar aroma bolpoin di balik karpet musim panas terus
drum: dani, bass: age, piano: age, gitar: gembi

4. Sebesar usaha kami mencuci kaus ternoda bersama gemericik gledek cemerlang
piano: dani, bass: age, drum: gembi

5. Kejatuhan rona jiwa yang meronta-ronta dalam estetika psikedelis
bass: age, gitar: gembi

6. Endapan kesalahpahaman bobroknya birokrasi tato rusak
drum: dani, bass: age, gitar: gembi

7. Menyongsong area lampu merah saat anus kembali menyempit per dua detik dalam penasaran mabrur
drum: dani, bass: age, gitar: gembi

8. Gusurlah partikel cakupan melejitnya adidaya asam garam dan kerupuk politik
drum: age, bass: dani, gitar: gembi

9. Semburan diare langsung ke lidah yang telah terpatahkan oleh teori usang tata-titi bersepeda
drum: dani, bass: age, gitar: gembi

Liner Notes

Sungsang Lebam Telak, ketika tiga manusia berkeputusan bermain-main dengan nada dan bunyi yang ekstrim…What is jazz? Sungsang Lebam Telak, ketika nada-nada dan bunyi dikembalikan kebebasan dan keliarannya…What is jazz? Sungsang Lebam Telak, ketika harmonisasi dan deharmonisasi hilang batasannya, tinggal sebuah eksplorasi nada dan bunyi saling bertaut yang muncul dari jiwa-jiwa yang penasaran dan haus akan pencarian…What is jazz? Sungsang Lebam Telak, pergulatan fungsi otak manusia dengan rasa yang menjadi anugerah sejak manusia dilahirkan…What is jazz? Sungsang Lebam Telak, ketika sebuah kesombongan manusia yang merasa mapan dilawan dengan sebuah satire yang congkak dengan penuh kesadaran untuk menghancurkan…What is jazz? Sungsang Lebam Telak, ketika sebuah ekspresi dan imajinasi menghasilkan improvisasi yang bebas…What is jazz? Sungsang Lebam Telak, ketika kata dan bunyi saling menyambangi tanpa kehilangan jati diri dan kebebasan…What is jazz? Sungsang Lebam Telak, ketika “blue note” bisa meloncat-loncat dengan bebas dan berubah sesuka hatinya…What is jazz? Sungsang Lebam Telak, ketika tonalitas dan atonalitas tidak perlu diributkan lagi…What is jazz? Sungsang Lebam Telak adalah Dani bermain-main dengan drums dan piano, Gembi mengeksplorasi nada-nada piano, gitar dan bass, Ageng mengolah nada-nada dari piano dan bass…What is jazz? Sungsang Lebam Telak…WHAT IS JAZZ? (Aji Wartono/Wartajazz.com)

Sapuan Feses Waria Meledak: Catatan Pinggiran (Kali)

Tidak ada pola waktu tertentu dalam proses perilisan album yang dilakukan Sungsang Lebam Telak (SL*T), trio super-jazz asal Bandung yang kini sebagian personilnya telah hijrah ke Jakarta demi menambah pasokan berlian dan permata di gudang mereka. Dokumentasi rekaman SL*T pada dua tahun pertama bagai menggambarkan gempuran hinaan dan semburan air ludah terus menerus terhadap seluruh komposisi-komposisi yang telah tercipta di muka bumi, terhitung sejak ketukan pertama dari suku dan peradaban pertama, Abbasid, di belahan sungai Tigris, Turki sebelum jaman es yang pada saat itu benua Asia masih secara teknis bersatu dengan daratan Eropa sampai dirilisnya karya-karya The Bad Plus pada akhir 2009 berjudul For All I Care.

Terhitung sejak berakhirnya proses rekaman album Sapuan Feses Waria Meledak pada akhir tahun 2009, dua tahun sebenarnya bukan berisi masa-masa yang sulit bagi SL*T untuk kembali mengumpulkan ide-ide terbaik agar dipersembahkan pada dunia musik pada khususnya, dan wacana humaniora pada umumnya. Seperti proses rekaman pada dua mini album sebelumnya pada tahun 2006 dan 2007 (Sungsang Lebam Telak dan Kecuali Mengenang Betismu), mereka cuma menjentikkan jari dan jadilah keajaiban tersebut dan dewa-dewa di gunung Olympus memujinya, bagai sang Pygmalion ketika menciptakan patung perempuan yang akhirnya menjadi istrinya tersebut. Keajaiban yang menggempur, begitulah tepatnya.

Atas kesibukan di luar wilayah musik yang telah SL*T alami, sepanjang 2008 dan sampai akhir 2009 mungkin adalah masa yang berat bagi Sungsang Darlings (sebutan untuk penggemar SL*T yang dikira mencomot nama fanbase The Upstairs, padahal ini diambil dari “darling” yang merupakan sapaan khas Frank Sinatra untuk menyapa penggemar perempuannya) karena satu detik bagi mereka menunggu komposisi terbaru dari SL*T adalah bagai seribu tahun di neraka Yahweh. Sapuan Feses Waria Meledak akhirnya hadir di tahun ini demi membayar kehausan peradaban manusia—tidak hanya menyebutkan “penggemar musik” atau sebatas “penikmat musik SL*T” saja—tiga volume album ini sekaligus hadir dengan kasta yang berbeda, dari format maya yang gratis, format fisik biasa yang berbayar (kini ada di tangan Anda), sampai premium, yang tentunya hanya orang-orang yang memiliki uang lebih untuk mengapresiasikan musik SL*T sekaligus dengan artwork dari beberapa seniman Jakarta, Bandung, dan Yogyakarta yang dirilis sangat terbatas.

Ketiga volume Sapuan Feses Waria Meledak hadir dengan packaging berbeda dan materi yang juga berbeda. Format mayanya akan dirilis pada bulan Juni 2010 melalui netlabel Yes No Wave (www.yesnowave.com) yang berisi komposisi-komposisi easy listening berdurasi pendek, tipikal musik pop yang sangat ramah pasar dan mudah di-cover. Sementara, rekaman yang hadir di hadapan ini adalah format regular konvensional yang berbayar, berisikan beberapa komposisi yang juga tidak hadir di format maya dan bersifat handy. Untuk menggenapinya, seri sampul album yang dibuat oleh para seniman dirilis di bulan September 2010. Untuk yang terakhir, saya mencurigai, penjualannya akan jauh lebih heboh dari lelang-lelang bergengsi di Christie’s. American Art Collector Magazine harus menyiapkan halaman depan mereka demi memasukkan satu feature panjang rilisan ini, sementara Sasha-Frere Jones dari The New Yorker akan segera resign dari majalah seni legendaris tersebut karena sudah merasa malu tidak mampu mendeskripsikan betapa magical-nya tangan-tangan seluruh personil SL*T dan para seniman yang terlibat dalam volume artist series tersebut.