Production Notes

Diproduseri oleh Belkastrelka

Direkam & diproses di Studio Teater Garasi dan Rumah Sputnik

Desain & gambar oleh Belkastrelka

Dirilis oleh Rumah Sputnik & Yes No Wave Music

Semua musik & lirik diciptakan oleh Asa Rahmana & Yennu Ariendra, kecuali: musik & lirik “Gugur Gunung” oleh “NN”; lirik di trek 1 dan 4 diambil dari puisi Gunawan Maryanto; mitra penulis di trek 6 oleh Gunawan Maryanto

Musisi pendukung: Erson Padapiran, trumpet dan flugel di trek 1, 3, & 6; Sarita Fraya, vokal di trek 2; Iwan Aryanto, vokal di trek 5 & 7; WVLV, programmer dan synthesizer di trek 4

Liner Notes

Album ini khusus menampilkan 7 lagu kolaborasi Belkastrelka dengan musisi dan penyair. Lagu-lagu ini sebelumnya termuat dalam album penuh “Bela Bangsa” yang diproduksi dalam format cakram dengan edisi terbatas. Berikut ini tulisan mengenai album penuh tersebut oleh Alexander Kusumapraja:

Setahun lalu perhatian saya tercurah untuk Belkastrelka, proyek musik elektronik milik duo Yennu Ariendra dan Asa Rahmana dari Yogyakarta. Namanya yang memunculkan sensasi aneh tersendiri saat dibaca apalagi diucapkan, membuat saya tergelitik untuk langsung mengunduh album “Penyusup Misterius dan Suara-Suara Aneh dari Kamar” saat pertama kali melihatnya di situs ini. Mendengarkan lagu-lagu seperti “Fiksi Pencuri Mimpi”, “Sputnik Darling” dan “Penyusup”, anakronisme adalah kata yang terlintas di kepala saya. Bebunyian elektronik yang mereka ramu dari glitch-glitch dibuang sayang terdengar futuristis namun retro di saat yang sama, rasa yang mirip seperti menonton kembali film tentang robot/planet dengan layar hitam-putih. Mau tak mau imajinasi saya pun membentuk dunianya sendiri dan dalam bayangan saya, mereka adalah dua tokoh fiktif dari sebuah cerita karangan pengarang Rusia yang namanya tak bisa saya lafalkan dengan benar. Di kepala saya, Yennu adalah sesosok penyihir berkerudung pencipta nada-nada ganjil sedangkan Asa adalah android perempuan yang bersuara seperti peri. Mereka seolah bercerita dari dunia maya yang meleburkan batas-batas nyata.

Kini, mereka kembali dengan album baru berjudul Bela Bangsa. Dengan kemasan menarik berwarna kuning cerah yang dipenuhi ilustrasi seperti buku gambar di tukang mainan SD, album ini adalah usaha personal mereka untuk menunjukkan rasa cinta kepada Indonesia dengan cara yang sedikit menyentil. Isu-isu yang diangkat kali ini lebih membumi dan dekat dengan keseharian kita, seperti contohnya single pertama yaitu “Pujian Ekspatriat” yang bercerita tentang mental pengkultusan budaya asing yang masih bertahan sampai hari ini, dimana Asa bernyanyi dalam Bahasa Indonesia beraksen Cinta Laura dengan diiringi vokal Sarita Fraya yang jazzy. Setiap lagu masih menyimpan kejutan-kejutan tersendiri berupa kolase bunyi yang jenial, namun dibanding album sebelumnya, warna musik album ini terasa lebih beragam. Jazz, soul, melayu, soneta, karawitan, dangdut (“Agen Gosip”), rock, grunge, nintendo beat (Duit Duit), hingga dubstep (“Pertarungan di Pinggir Selokan”) dengan beberapa kolaborasi bersama Sarita Fraya, WVLV, Gunawan Maryanto dan Iwan Aryanto.

Album ini bagi saya merupakan operet satir tentang betapa lucunya negeri ini dan “Gugur Gunung” yang berbahasa Jawa adalah finale gempita bagi setiap orang Indonesia dari latar belakang budaya apapun untuk tidak ragu menunjukkan akar budaya kita, tanpa harus malu dicap ndeso atau kampungan, karena sama sekali tidak ada yang salah tentang hal itu. Proyek Bela Bangsa sendiri tak hanya berupa album musik saja, pameran seni dan sebuah pertunjukan pun sedang dipersiapkan. Yang jelas, Belkastrelka tanpa terkesan muluk dan pretensius berhasil mengedukasi kita tentang kepedulian terhadap Tanah Air, lebih dari teks buku sekolah ataupun jargon-jargon pemerintah paling ambisius sekali pun.

(Alexander Kusumapraja)